Tuesday, March 9, 2010

Kepentingan Soft Skill Untuk Graduan IPT

Atribut soft skill sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeza-beza. Atribut tersebut dapat berubah jika yang berkaitan mahu mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang. Bagaimana mengubah atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah dan dipraktikkan oleh setiap individu yang belajar atau ingin mengembangkannya. Salah satu ajang yang cukup baik untuk mengembangkan soft skill adalah melalui pembelajaran dengan segala aktivitinya dan lembaga kesiswaan.

Soft skill merupakan kemampuan khusus, diantaranya meliputi social interaction, ketrampilan teknik dan management. Kemampuan ini adalah salah satu hal yang harus dimiliki tiap siswa dalam memasuki dunia pekerjaan. Seperti diungkapkan Nasution (2006) dalam seminar soft skill ”Kunci Menuju Sukses” yang disenggarakan di ITS. Hakim memberikan gambaran mengenai percentage kemampuan seorang siswa yang diperoleh dari kampus mereka. Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknik dan selebihnya ialah soft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja aitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, soft skill-lah yang mempunyai peratus yang lebih dominan untuk mendapat pekerjaan.


Untuk mendominasikan soft skill kepada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Oleh itu, Ichsan yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, memberi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus boleh melatih siswa supaya agresif, supaya berani membicarakan idea.

Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan sistem pembelajaran. Menurut Saillah (2007), sistem soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah kemampuan berkomunikasi, berkeyakinan, berkarisma dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.

Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan perbincangan semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan menjayakan objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.


Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawapan beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar.

Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...